Sabtu, 01 Oktober 2011

Antara dihargai dan menghargai

Mungkin ini bukan entri terbaruku di blog, berhubung ingatanku menghapus semua password yang ada di blog-blogku sebelumnya (baca : lupa), so aku buat lagi deh blog ini dan dijamin gak akan lupa dihapus lagi passwordnya oleh ingatanku :)
Oke, dimulai aja ya ! Tapi sebelum dimulai alangkah baiknya kita berdo'a dulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing (nah loh? apaan?). Oke, FOKUSSS !
Cerita ini ku mulai dari hari ini (ya iya lah, masak 1 abad yang lalu --' ), dimana aku sedang duduk di bangku yang berwarna coklat barisan pertama yang diatas pintu kelasnya bertuliskan RUANG 08 XI IPA 1, tapi aku nulis ini di kamar book :p . Aku ini OSIS, namanya OSIS GOLDEN, memang artinya emas tapi anggotanya bukan keturunan konglomerat atau batu granit, melainkan keturunan ke-8 dari Dinasti Syailendra. Saat itu di sekolahku, SMAN 11 Surabaya ingin merayakan hari ulangtahun sekolah yang ke-32. Gak tau itu beneran umurnya apa emang di muda in biar keliatan masih sekolah baru haha :D . Lah pastinya kan OSIS sibuk, kebetulan karena aku subsekbid mading jadi aku kebagian mengkoordinasi mading prestasi yang mencakup prestasi seluruh ekstrakulikuler atau ekskul di SMAN 11 Surabaya. Imajinasiku berpikir, disini ada sekitar 20 ekskul, berarti bakalan jadi mading besar-besaran :o .
Aku pun mengkoordinir semua anggota OSIS yang menjadi perwakilan ekskul di sekolah, kebetulan aku melakukannya sebulan sebelum event. Ku pikir ya pasti bisa lah, masak gini aja gak bisa? Apa susahnya sih! Sudah biasa kan, pikiran anak labil kan gitu, menyepelekan sesuatu yang seharusnya gak sepele. Sampai pada rapat kedua tepat 3 minggu sebelum event,  semua berawal dari sini. Karena aku koordinator, aku merasa punya tanggung jawab besar disitu, memasang mading ukuran 1 karton hitam, 15 ekskul dan foto guru, apalagi ditempel di kain yang akan dipamerkan sepanjang 8 METER, sumpah bingungnya baru kerasa hari itu, takut gagal dan gak berhasil (apa bedanya? --') . 2 minggu sebelum event, diadakan TM (Technical Meeting) yang aku peruntukkan bagi perwakilan setiap ekskul, TAPI, ternyata hanya beberapa ekskul yang semangat membuat dan mengambil karton pemberianku. Bahkan ada yang langsung bilang tidak akan membuat mading hanya karena tidak ada yang bisa membuat. Aku berusaha menahan emosi. Sampai beberapa hari kemudian, salah seorang perwakilan ekskul yang juga teman OSIS, dengan teganya mengirim SMS yang bertuliskan tidak bisa membuat mading karena tidak ada prestasi. Memang aku menganjurkan artikel yang dimuat adalah prestasi masing-masing ekskul, tapi itu tidak WAJIB, dan aku menganjurkan menempel foto kegiatan ekskul itu, apa saking malesnya sampe alasannya gak ada prestasi sama sekali. Emosiku sudah mencapai 100 derajat Celcius. Sampai keesokan harinya, saat 5 hari sebelum event, ku rombak lagi tema mading itu menjadi semacam galery sekolah. Pikiran menjadi kacau karena merasa tidak dihargai sebagai koordinator sebuah acara. Apalagi yang tidak menghargai adalah teman seperjuangan sendiri, anak OSIS! rasanya seperti dikhianati sahabat sendiri, ditusuk pake linggis. Esoknya, karena emosi, aku bersikap agak dingin dari biasanya, bukan biasanya hot gitu, maksudnya ya tidak seceria biasanya. Aku dan teman-teman madingku membuat artikel tentang guru dan menghiasnya. Mungkin karena Tuhan kasihan melihatku emosi dan sedih, Tuhan mengirimkan beberapa ekskul yang mengumpulkan permintaanku, yaitu mading ekskul mereka. Betapa senang hati ini seperti saat lebaran tiba, seakan terbang ke awan (lebay). Akhirnya 2 hari sebelum event aku kerja setengah gak capek untuk menyelesaikan tanggung jawabku dan tentunya dibantu teman-temanku. Dan saat 1 hari sebelum event, saat semua mading telah ditempel di kain panjang (nempelnya dipaksain karena emang gak cukup), salah satu ekskul yaitu cheers, baru mengumpulkan mading mereka! KIAMAT SAUDARA-SAUDARA! Rasanya kakiku jadi 2, maksudnya jadi lemes. Aku adalah manusia yang paling gak bisa adu mulut melawan CEWEK meskipun aku sendiri sejenis dengan mereka. Yang paling aku takutkan disini adalah apa aku harus melepas mading itu satu per satu dan mengaturnya kembali? IMPOSUMBEL karena tanganku sudah penuh dengan hansaplast gara-gara tertusuk jarum (madingnya ditempel pake jarum). Saat evaluasi kerja hari itu, aku bertanya pada teman-teman OSIS apa yang harus aku lakukan. Dalam hal ini aku berpikir, jika teman-temanku ini adalah manusia, mereka akan tau bagaimana perasaanku tidak dihargai seperti ini, mereka akan mendukungku untuk tidak memasang mading anak cheers karena bermaksud ingin memberi pelajaran kepada mereka agar tidak mengulangi lagi. Namun, ternyata salah saudara-saudara ! Bukan salah sepenuhnya memang tapi ada 2 3 kubu disini, ada yang membelaku, mencekalku dan mendiamiku. sebagian besar mereka membelaku karena masih punya perasaan manusia, tapi yang mencekalku? mereka berhati organisasi kawan. Iya mereka lebih mengutamakan organisasi daripada perasaan. 2 kubu ini (kecuali yang mendiamiku) benar semua, antara perasaan dan organisasi. Biasanya aku berpikir mentah-mentah sebelum emosi dikehidupan sehari-hariku alias gak peduli dengan ucapan orang lain gara-gara emosiku, tapi disini aku harus berpikir matang-matang bahwa marah karena motiv pribadi dalam sebuah organisasi adalah hal yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia normal. Pikirku pun melayang, dahulu penuh kasih  saat salah seorang teman dan seorang alumni OSIS yang kebetulan ikut evaluasi mengucapkan kata-kata yang tidak habis pikir olehku, 'kita ini OSIS, sudah biasa tidak dihargai orang lain', JLEB ! Kata-kata itu menusuk sate ! Kenapa dengan organisasi penting anak muda ini? Aku ingin tau apa di semua sekolah seperti ini? Atau jangan-jangan hanya sekolahku yang seperti ini? Ya Tuhan, dalam situasi seperti ini aku sangat ingin mempunyai kantong ajaib DORAEMON supaya bisa mengeluarkan alat yang bisa menjawab pertanyaanku ini. Aku hanya bisa menangis saat itu, perjuanganku bagaikan seorang anak kecil yang ingin bisa berjalan, butuh perjuangan membuat semua ini. Apa ini yang namanya galau antara ingin dihargai dan menghargai? Atau lebih tepatnya inikah yang namanya galau antara ingin tidak capek tapi dituntut untuk capek lagi? Sekian kegalauan yang ku dera, aku hanya bisa mengambil hikmahnya saja yaitu JANGAN LUPA UNTUK SELALU MENGKOORDINIR ANAK CHEERS !

0 coments:

Posting Komentar